
Film Animasi Merah Putih ‘One For All’ Di Hujat Warganet Dengan Berbagai Alasan Sehingga Mendapatkan Banyak Komentar Pedas. Halo para pecinta film dan warganet! Tentu mungkin anda sudah tidak asing lagi dengan keramaian di media sosial belakangan ini. Dan sebuah film animasi yang seharusnya menjadi kebanggaan, “Merah Putih: One For All”. Serta yang justru menjadi topik hangat yang di penuhi hujatan. Apa yang terjadi? Terlebih yang di gadang-gadang sebagai karya lokal berkualitas tinggi ini. Namun sayangnya, gagal merebut hati penonton. Karena banyak berbagai kritik pedas mulai dari kualitas animasi yang di nilai kurang memuaskan. Serta reaksi negatif ini menyebar dengan cepat. Lalu memicu diskusi sengit dan kekecewaan di antara para penggemar animasi. Lalu, mengapa sebuah Film Animasi lokal yang seharusnya mendapat dukungan justru menuai badai kritik? Mari kita telusuri lebih dalam alasan-alasan di balik kontroversi ini.
Mengenai ulasan tentang Film Animasi Merah Putih ‘One For All’ di hujat warganet telah di lansir sebelumnya oleh kompas.com.
Kualitas Yang Di Nilai Sangat Buruk
Tentu hal ini di nilai sangat buruk oleh banyak warganet karena sejumlah alasan yang terlihat jelas dari cuplikan trailer yang beredar. Terlebih juga dengan visualnya tampak seperti belum di render secara tuntas. Serta tanpa pencahayaan atau bayangan yang memadai. Sehingga memberi kesan datar dan kaku. Dan juga gerakan karakter, baik saat berjalan maupun melakukan aktivitas lain. Karena sangat terlihat tidak natural dan minim detail. Dan seolah di kerjakan tergesa-gesa. Lalu juga dengan aspek audio juga tak luput dari sorotan. Kemudian dengan dialog yang terdengar monoton, minim ekspresi, dan tidak sinkron dengan gerakan bibir. Bahkan beberapa suara hewan terdengar tidak sesuai dengan jenisnya, menambah kesan kurang profesional. Analisis dari komunitas daring menunjukkan kemungkinan besar film ini menggunakan aset siap pakai dari marketplace seperti Daz3D atau Reallusion Content Store tanpa modifikasi.
Film Animasi Merah Putih ‘One For All’ Di Hujat Warganet, Kenapa Bisa?
Tentu, masih ada membahas mengenai Film Animasi Merah Putih ‘One For All’ Di Hujat Warganet, Kenapa Bisa?. Dan fakta lainnya karena:
Di Duga Pakai Aset Murah Dari Marketplace
Tontonan satu ini mendapat sorotan tajam karena di duga menggunakan aset visual murah yang di beli. Tepatnya dari marketplace 3D internasional. Karena bukan di buat sendiri oleh tim produksi. Kemudian sejumlah pengamat dan warganet yang membandingkan cuplikan trailer dengan katalog aset digital. Terlebihnya yang menemukan kemiripan yang sangat mencolok. Baik pada latar maupun desain karakter. Salah satu contoh paling menonjol adalah penggunaan latar jalan “Street of Mumbai” dari platform Daz3D. Serta yang di jual dengan harga belasan dolar AS. Lalu latar ini muncul dalam trailer dengan tampilan yang nyaris identik. Berkat tanpa perubahan signifikan pada bentuk bangunan, tekstur jalan, atau pencahayaan. Sehingga menimbulkan kesan bahwa aset tersebut di impor langsung tanpa sentuhan kreatif yang berarti. Selain itu, desain karakter dalam film juga di sorot karena kemiripannya dengan model siap pakai dari Reallusion Content Store.
Tentunya “Jayden” dan “Tommy” yang di banderol sekitar USD 43,50. Kemudian juga dengan karakter-karakter ini. Baik dari segi proporsi tubuh, gaya rambut, hingga detail pakaian. Terlihat hampir sama persis dengan versi aslinya yang tersedia di toko aset. Terlebih hanya dengan sedikit atau bahkan tanpa modifikasi visual. Penggunaan aset siap pakai sebenarnya lazim dilakukan dalam industri animasi untuk menghemat waktu produksi. Terutama dalam proyek beranggaran terbatas. Namun, praktik ini biasanya di sertai dengan proses kustomisasi yang mendalam. Contohnya seperti penyesuaian desain, tekstur, pencahayaan, hingga animasi. Agar hasil akhirnya tetap terlihat orisinal dan selaras dengan konsepnya. Dalam kasus ini, minimnya modifikasi membuat aset tersebut mudah di kenali oleh publik. Terlebih kontroversinya semakin memanas karena kabarnya memiliki anggaran miliaran rupiah.
Jejak Kontroversi Kartun Merah Putih Yang Gagal Curi Hati Penonton
Selain itu, masih membahas Jejak Kontroversi Kartun Merah Putih Yang Gagal Curi Hati Penonton. Dan alasan lain karena gagal curi perhatian adalah:
Dugaan Anggaran Rp 6,7 Miliar Di Pertanyakan
Dugaan bahwa film ini memiliki anggaran produksi mencapai sekitar Rp 6,7 miliar menjadi salah satu pemicu kontroversi. Dan juga yang menjadi sebuah perdebatan publik. Terlebih informasi tersebut awalnya beredar luas di media sosial dan forum daring. Serta memicu gelombang pertanyaan dari warganet yang menilai kualitas animasi film ini sangat jauh dari standar. Karena yang seharusnya bisa di capai dengan dana sebesar itu. Banyak yang membandingkan kualitas visual, detail animasi. Dan desain karakter dengan karya animasi lain yang memiliki bujet lebih rendah. Namun hasilnya jauh lebih halus dan rapi. Sehingga memunculkan dugaan bahwa dana tersebut tidak di kelola secara efektif. Ataupun bahkan di alokasikan tidak sesuai peruntukannya. Kecurigaan publik di perkuat dengan temuan bahwa film ini di duga menggunakan aset murah dari marketplace 3D. Contohnya seperti Daz3D dan Reallusion, yang harganya hanya puluhan dolar per item.
Kemudian juga pengerjaan yang disebut-sebut dilakukan dalam waktu kurang dari satu bulan. Hal ini membuat warganet semakin mempertanyakan bagaimana mungkin anggaran miliaran rupiah di gunakan. Namun hasil akhirnya justru tampak seperti proyek berbiaya minim. Di tengah derasnya kritik, produser Toto Soegriwo membantah keras klaim anggaran Rp 6,7 miliar tersebut. Dan menyebutnya sebagai “fitnah keji.” Ia juga menegaskan bahwa film ini tidak pernah menerima bantuan dana dari pemerintah maupun sumber pendanaan publik. Serta dengan seluruh pembiayaan berasal dari pihak swasta. Meski klarifikasi tersebut telah di sampaikan, sebagian warganet tetap skeptis menanggapinya. Bahkan ada yang menyerukan agar lembaga seperti KPK turun tangan untuk memeriksa kebenaran informasi terkait pendanaan. Polemik mengenai dugaan anggaran ini akhirnya bukan hanya menjadi perdebatan soal kualitas animasi.
Jejak Kontroversi Kartun Merah Putih Yang Gagal Curi Hati Penonton Malah Justru Di Cemooh
Selanjutnya juga masih membahas Jejak Kontroversi Kartun Merah Putih Yang Gagal Curi Hati Penonton Malah Justru Di Cemooh. Dan fakta lain dari kontroversi ini adalah:
Hanya Memberi Masukan, Bukan Dana
Dalam polemik ini, terlebih salah satu isu yang memicu kebingungan publik adalah dugaan keterlibatan pemerintah dalam pendanaan proyek ini. Karena banyak warganet yang semula menduga bahwa film tersebut mendapatkan sokongan dana dari pemerintah. Terutama karena mengangkat tema nasionalisme. Dan akan di rilis menjelang peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia. Namun, klarifikasi datang dari pihak Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tepatnya melalui Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar. Tentunya yang menegaskan bahwa pemerintah tidak memberikan bantuan dana sedikit pun untuk produksi film ini. Menurut Irene, keterlibatan pemerintah hanya sebatas memberikan masukan kreatif di tahap pengembangan.
Serta juga termasuk dalam aspek cerita, visual, dan penyusunan trailer. Kemudian juga dengan tujuan mendorong kualitas agar sejalan. Terlebihnya dengan nilai-nilai nasionalisme yang ingin di angkat. Tidak ada bentuk dukungan finansial, promosi resmi, atau fasilitasi pendanaan dari pihak pemerintah. Hal ini berarti seluruh pembiayaan film murni berasal dari pihak swasta atau sumber lain. Kemudian yang tidak terkait dengan kas negara. Pernyataan ini sejalan dengan klarifikasi produser Toto Soegriwo, yang juga menegaskan bahwa tuduhan penerimaan dana publik. Karena hal ini adalah fitnah dan merugikan reputasi pihaknya. Meski penjelasan ini sudah di sampaikan secara resmi. Namun sebagian publik masih merespons dengan skeptis. Terutama karena rumor mengenai anggaran besar sudah telanjur menyebar luas di media sosial.
Jadi itu dia beberapa fakta Merah Putih ‘One For All’ yang di hujat habis-habisan oleh warganet yang bertajuk Film Animasi.