MerdekaViral24

Berita Viral Terupdate Saat Ini

Uncategorized

Bandung Lautan Api Terjadi Pada Pukul 24.00, Benarkah?

Bandung Lautan Api Terjadi Pada Pukul 24.00, Benarkah?
Bandung Lautan Api Terjadi Pada Pukul 24.00, Benarkah?

Bandung Lautan Api Adalah Peristiwa Tragis Yang Terjadi Pada Pukul 21:00 Tanggal 23 Maret 1946 Di Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Peristiwa ini terjadi saat pasukan Sekutu yang di pimpin oleh Inggris menyerbu kota Bandung yang saat itu di kuasai oleh pasukan Republik Indonesia yang berusaha mempertahankan kemerdekaan mereka. Serangan tersebut menyebabkan pertempuran sengit antara pasukan Sekutu dan pasukan Republik Indonesia. Pembumihangusan Bandung di anggap sebagai strategi yang tepat dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Hal ini terjadi karena adanya ketidaksebandingan antara kekuatan pasukan Sekutu dan NICA yang jumlahnya jauh lebih besar. Setelah peristiwa tersebut, TRI bersama dengan milisi rakyat melanjutkan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung.

Pada pukul 24.00, Kota Bandung menjadi sunyi tanpa kehadiran orang-orang dan pejuang, namun api dan asap masih saja terlihat. Kekurangan persiapan dan peralatan yang memadai menghambat usaha untuk meledakkan banyak bangunan penting. Sejumlah bangunan tidak mengalami kerusakan sesuai yang di harapkan. Situasi kacau saat itu menyebabkan aksi pembakaran yang seharusnya di tujukan pada gedung-gedung pemerintahan atau potensi markas malah menyebar hingga membakar rumah masyarakat.

Semangat patriotisme masyarakat Bandung dalam mempertahankan tanah air khususnya Kota Bandung dari penjajah asing tercermin dalam kesediaan mereka untuk mengorbankan tanah rumah mereka sendiri. Terdapat sekitar 200.000 penduduk yang membakar rumahnya sebelum mengungsi dari Kota Bandung. Dampak dari Lautan Api Bandung berhasil menghalangi pasukan Sekutu untuk menduduki kota tersebut, serta memperkuat semangat perlawanan di daerah lain. Peristiwa ini di abadikan oleh seniman dan penyair Ismail Marzuki dalam lagu “Halo-Halo Bandung”, yang tetap menjadi salah satu lagu kebangsaan Indonesia.

Meskipun peristiwa Bandung Lautan Api terjadi lebih dari tujuh puluh tahun yang lalu, kenangan dan cerita tentang peristiwa ini tetap hidup dalam ingatan masyarakat Bandung. Bahkan menjadi pengingat akan perjuangan berat yang dilakukan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan negara mereka dari penjajahan asing.

Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Dan Organisasi Perjuangan Lainnya Melancarkan Serangan

Pada malam tanggal 21 November 1945, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Dan Organisasi Perjuangan Lainnya Melancarkan Serangan di bagian utara Bandung, termasuk Hotel Homann dan Hotel Preanger yang digunakan sebagai markas oleh pasukan Inggris. Kemudian, 3 hari setelagnya, MacDonald mengeluarkan ultimatum yang di tujukan kepada Gubernur Jawa Barat. Ia meminta agar mengosongkan penduduk dan pasukan bersenjata yang berada di daerah Bandung Utara.

Ultimatum dari Tentara Sekutu untuk mendorong Tentara Republik Indonesia untuk meninggalkan Bandung memicu keputusan untuk melaksanakan operasi “bumi hangus”. Para pejuang Indonesia tidak bersedia melihat Bandung di manfaatkan oleh pihak Sekutu dan NICA. Kemudian pada tanggal 23 Maret 1946 melalui musyawarah antara Madjelis Persatoean Perdjoeangan Priangan (MP3) dengan pejuang di ambil Keputusan untuk membumi-hanguskan Bandung. Saat itu pula, sebagai Komandan Divisi III TRI, Kolonel Abdoel Haris Nasoetion mengumumkan hasil musyawarah dan meminta rakyat untuk mengevakuasi diri dari Kota Bandung. Pada hari yang sama, masyarakat Bandung mulai meninggalkan kota. Ketika malam itu terjadi pembakaran, masyarakat juga ikut membakar kediamannya sebelum meninggalkan kota tersebut.

Bandung disengaja dibakar oleh Tentara Republik Indonesia (TRI) dan penduduk setempat dengan tujuan mencegah Tentara Sekutu menggunakan kota sebagai basis militer strategis. Di seluruh penjuru, asap hitam tebal memenuhi langit dan semua aliran listrik padam. Tentara Inggris segera melancarkan serangan, memicu pertempuran sengit. Salah satu pertempuran terbesar terjadi di sekitar gudang amunisi besar milik Tentara Sekutu. Tepatnya Desa Dayeuhkolot, di selatan Bandung. Dalam pertempuran tersebut, Muhammad Toha dan Muhammad Ramdan, dua anggota milisi Barisan Rakjat Indonesia (BRI) memiliki keinginan untuk menghancurkan gudang amunisi. Meskipun Muhammad Toha berhasil meledakkan gudang dengan dinamit, namun kedua milisi tersebut ikut terbakar. Awalnya, staf pemerintah kota Bandung berencana untuk tetap berada di daerah Bandung. Tetapi, akhirnya pada 21.00 mereka bergabung dalam rombongan evakuasi. Sejak saat itu, daerah Bandung Selatan menjadi tidak berpenghuni.

Tokoh Penting Dalam Peristiwa Bandung Lautan Api

Kolonel Abdul Haris Nasution, yang di kenal sebagai AH Nasution, menjadi salah satu Tokoh Penting Dalam Peristiwa Bandung Lautan Api. Ketika di hadapkan dengan ultimatum dari pasukan Sekutu untuk mengevakuasi kota Bandung, sebuah rapat di gelar pada tanggal 23 Maret 1946 di Jakarta untuk memutuskan langkah apa yang harus di ambil. Sebagai Panglima Divisi III yang memimpin pertempuran di Bandung, Kolonel Abdul Haris Nasution memikul tanggung jawab besar terhadap nasib rakyat dan pasukannya. Hingga akhirnya ia memberi perintah untuk mengusikan rakyat karena akan menghancurkan kota Bandung.

Mohammad Toha adalah sosok penting lainnya yang memainkan peran krusial dalam upaya untuk menghancurkan amunisi dan senjata milik pasukan Sekutu yang tersimpan di gudang senjata. Awalnya, ia di larang untuk melakukan aksi pembakaran tersebut, namun ia bertekad kuat untuk melakukannya, hingga akhir gugur dalam aksi. Pada saat itu, terungkap bahwa gudang tersebut berisi 18.000 ton bahan peledak dan ribuan senjata yang di miliki oleh Belanda.

Sutan Sjahrir sudah menjabat sebagai Perdana Menteri Republik Indonesia. Bersama dengan AH Nasution, ia terlibat dalam perencanaan pembumihangusan Kota Bandung sebagai respons terhadap ultimatum yang di berikan oleh Inggris kepada penduduk Kota Bandung.

Sebagai seorang wartawan muda, Atje Bastaman, menjadi saksi langsung proses pembakaran Bandung. Peristiwa tragis tersebut di amati dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Bastaman meliput peristiwa tersebut pada edisi 26 Maret 1946 pada harian Suara Merdeka.

Awalnya, pasukan Inggris hanya meminta penduduk Bandung untuk mengosongkan kota. Namun, Mayor Rukana merasa enggan melihat kota yang di cintainya di ambil Inggris, sehingga ia mengusulkan untuk membakar kota Bandung.

Masyarakat hanya mengetahui bahwa Ismail Marzuki adalah seorang di balik pencipta lagu “Halo-Halo Bandung”. Namun, ternyata Ismail Marzuki bersama istri juga termasuk di antara orang-orang yang mengungsi ketika peristiwa tersebut terjadi.

Monumen Yang Di Dirikan Untuk Mengenang Peristiwa Tragis

Terdapat sebuah Monumen Yang Di Dirikan Untuk Mengenang Peristiwa Tragis yang terjadi pada masa Perang Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1946. Monumen ini menjadi simbol penting dalam sejarah kota Bandung, Jawa Barat. Serta mengabadikan perjuangan dan pengorbanan para pejuang kemerdekaan yang melawan pasukan Sekutu dan NICA.

Monumen Bandung Lautan Api terletak di kawasan Alun-Alun Bandung, yang merupakan pusat kota. Mengapa di pusat kota? karena di sinilah yang menjadi saksi bisu dari peristiwa bersejarah yang terjadi di masa lalu. Bangunan di rancang dengan megah dan mengesankan, dengan arsitektur yang menggambarkan semangat perlawanan dan kegigihan masyarakat Bandung.

Pembangunan monumen ini juga bertujuan untuk mengingatkan generasi masa kini akan pentingnya menjaga dan mempertahankan kemerdekaan. Serta menghargai perdamaian yang telah di rebut dengan perjuangan berdarah. Monumen Bandung Lautan Api menjadi tempat yang sakral bagi masyarakat Bandung dan seluruh bangsa Indonesia. Karena agar kita mengingat sejarah perjuangan bangsa dan menghormati para pahlawan yang telah gugur dalam peristiwa Bandung Lautan Api.