Senin, 02 Desember 2024
Perubahan Iklim Berakibat Penurunan Kadar Oksigen
Perubahan Iklim Berakibat Penurunan Kadar Oksigen

Perubahan Iklim Berakibat Penurunan Kadar Oksigen

Perubahan Iklim Berakibat Penurunan Kadar Oksigen

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Perubahan Iklim Berakibat Penurunan Kadar Oksigen
Perubahan Iklim Berakibat Penurunan Kadar Oksigen

Perubahan Iklim Berakibat Penurunan Kadar Oksigen, Dengan Fenomena Pemulihan Terumbu Karang Besar-Besaran Terjadi Akibat Kenaikan Suhu. Maka dalam Perubahan Iklim merupakan fenomena global yang di sebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca. Kemudian seperti karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), dan nitrous oxide (N₂O) di atmosfer. Dalam fenomena ini berdampak luas pada ekosistem dan kehidupan di bumi, termasuk pada kadar oksigen di atmosfer.

Sehingga salah satu dampak Perubahan Iklim adalah peningkatan suhu rata-rata global. Kemudian pemanasan global ini mempengaruhi berbagai proses biologis dan kimiawi di lautan, yang merupakan sumber utama oksigen di bumi. Selanjutnya lebih dari setengah oksigen yang kita hirup di produksi oleh fitoplankton, organisme mikroskopis yang hidup di permukaan laut dan melakukan fotosintesis. Sebab pemanasan permukaan laut mengganggu distribusi dan produktivitas fitoplankton, sehingga menurunkan produksi oksigen. Selain itu suhu yang lebih tinggi menyebabkan stratifikasi termal di lautan. Berikutnya sebagai bagian dalam pemisahan lapisan air berdasarkan suhu. Dan stratifikasi ini menghambat pencampuran vertikal air laut sehingga nutrisi dari lapisan dalam tidak dapat naik ke permukaan untuk mendukung pertumbuhan fitoplankton. Sehingga akibatnya produksi oksigen oleh fitoplankton menurun.

Maka pemanasan global juga berkontribusi pada pengasaman laut yang berdampak negatif pada organisme laut, termasuk fitoplankton. Lalu pengasaman laut di sebabkan oleh peningkatan penyerapan CO₂ oleh laut, yang membentuk asam karbonat dan menurunkan pH air laut. Sehingga kondisi ini mengganggu proses fotosintesis fitoplankton dan organisme laut lainnya yang memproduksi oksigen. Bahkan lebih lanjut, pemanasan global mempercepat proses deoksigenasi di laut, yaitu penurunan kadar oksigen terlarut. Lalu air hangat cenderung menyimpan lebih sedikit oksigen dibandingkan air dingin. Kombinasi antara stratifikasi termal, pengasaman laut, dan meningkatnya konsumsi oksigen oleh mikroorganisme. Dengan sudah memecah materi organik memperburuk deoksigenasi ini. Dalam zona-zona laut yang kekurangan oksigen di kenal sebagai “zona mati” semakin meluas dan sering di jumpai di berbagai perairan dunia.

Yang Terjadi Di Bawah Laut Akibat Perubahan Iklim

Maka dalam hal Yang Terjadi Di Bawah Laut Akibat Perubahan Iklim membawa dampak signifikan terhadap ekosistem laut di seluruh dunia. Dan salah satu perubahan utama yang terjadi di bawah laut adalah pemanasan suhu air laut. Bahkan lautan menyerap lebih dari 90% kelebihan panas yang di hasilkan oleh emisi gas rumah kaca, menyebabkan suhu air laut meningkat secara drastis. Sehingga pemanasan ini memiliki efek berantai pada kehidupan dan ekosistem laut.

Kemudian dengan dampak utama dari pemanasan laut adalah terjadinya pemutihan karang. Bahkan terumbu karang, yang menjadi rumah bagi sekitar 25% spesies laut sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Ketika suhu air laut naik karang mengalami stres dan mengeluarkan alga zooxanthellae yang hidup dalam jaringannya. Lalu alga ini tidak hanya memberikan warna pada karang tetapi juga menyediakan nutrisi melalui fotosintesis. Maka tanpa alga karang menjadi putih dan rentan mati, mengancam keanekaragaman hayati laut yang bergantung padanya.

Hingga pemanasan laut juga memperburuk fenomena stratifikasi termal, yaitu lapisan air laut menjadi lebih stabil dan sulit tercampur. Dan stratifikasi menghambat sirkulasi vertikal nutrisi dari lapisan dalam ke permukaan di mana fitoplankton produsen utama oksigen dan dasar rantai makanan laut hidup. Dalam penurunan produktivitas fitoplankton berdampak negatif pada seluruh rantai makanan laut. Sebab dari ikan kecil hingga predator besar seperti hiu dan paus. Selain itu pemanasan laut meningkatkan deoksigenasi atau penurunan kadar oksigen terlarut dalam air laut. Sehingga air hangat menyimpan lebih sedikit oksigen di bandingkan air dingin. Bahkan kurangnya oksigen menyebabkan terbentuknya “zona mati” di beberapa bagian laut di mana kehidupan laut sulit bertahan. Lalu Zona mati ini semakin meluas seiring dengan peningkatan suhu global.

Penurunan Kadar Oksigen

Sehingga dengan suatu Penurunan Kadar Oksigen di wilayah kedalaman laut adalah fenomena yang semakin mengkhawatirkan dalam beberapa dekade terakhir, terutama akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia. Sebagai wilayah kedalaman laut, atau zona pelagik merupakan lapisan laut yang membentang dari sekitar 200 meter hingga dasar laut. Dalam zona ini proses-proses ekologis yang kritis terganggu oleh penurunan oksigen yang di kenal sebagai deoksigenasi laut dalam.

Dan salah satu penyebab utama penurunan kadar oksigen di kedalaman laut adalah peningkatan suhu permukaan laut. Kemudian pemanasan global mengakibatkan peningkatan suhu air permukaan yang menyebabkan stratifikasi termal yang lebih kuat, yaitu pemisahan lapisan air berdasarkan suhu. Maka stratifikasi ini menghambat pencampuran vertikal air laut sehingga oksigen dari permukaan tidak dapat turun ke lapisan yang lebih dalam. Sehingga di mana akibatnya kadar oksigen di kedalaman laut menurun secara signifikan. Selain itu, penyerapan CO₂ oleh laut berkontribusi pada pengasaman laut, yang juga berdampak pada deoksigenasi. Dan air yang lebih asam cenderung memiliki kapasitas yang lebih rendah untuk menyerap oksigen. Hal ini di perparah oleh aktivitas mikroorganisme yang lebih intensif dalam kondisi asam, yang memecah materi organik. Maka mengonsumsi lebih banyak oksigen, mengakibatkan penurunan kadar oksigen di lapisan laut dalam.

Dengan deoksigenasi laut dalam juga di picu oleh peningkatan nutrien yang masuk ke laut dari aktivitas manusia, seperti pertanian dan limbah industri. Lalu nutrien ini menyebabkan eutrofikasi, yaitu ledakan pertumbuhan alga di permukaan laut. Ketika alga mati dan terurai, proses dekomposisi oleh bakteri menggunakan oksigen dalam jumlah besar, mengurangi ketersediaan oksigen di lapisan bawah laut. Sehingga penurunan kadar oksigen di kedalaman laut memiliki dampak serius bagi ekosistem laut dalam. Kemudian banyak spesies laut, termasuk ikan, moluska dan krustasea, bergantung pada kadar oksigen yang cukup untuk bertahan hidup. Ketika kadar oksigen menurun, spesies ini menghadapi stres fisiologis yang dapat mengganggu pertumbuhan reproduks  dan kelangsungan hidup mereka.

Pemulihan Terumbu Karang

Sehingga sebagai jenis dari Pemulihan Terumbu Karang adalah usaha yang penting dan mendesak mengingat kerusakan yang signifikan akibat perubahan iklim, polusi dan aktivitas manusia. Lalu terumbu karang adalah ekosistem laut yang sangat produktif dan biodiverse, menyediakan habitat bagi ribuan spesies laut serta mendukung mata pencaharian jutaan orang.

Sebagai restorasi aktif melibatkan transplantasi karang, yaitu pengambilan fragmen karang sehat dari area yang relatif tidak terpengaruh dan menanamnya di area yang rusak. Selanjutnya teknik ini termasuk “karang nurseri,” di mana fragmen karang di kembangkan di tempat yang aman sebelum dipindahkan ke lokasi pemulihan. Kemudian penelitian menunjukkan bahwa metode ini dapat meningkatkan keberhasilan transplantasi dan mempercepat pemulihan terumbu karang.

Lalu penggunaan teknologi canggih seperti cetak 3D dan bahan bio-kompatibel untuk membuat struktur buatan yang meniru bentuk dan fungsi terumbu karang alami sedang berkembang. Berikutnya struktur ini dapat menyediakan habitat sementara bagi spesies laut dan mendorong pertumbuhan karang alami. Selain itu teknik genetika dan bioteknologi sedang di gunakan untuk mengembangkan jenis karang yang lebih tahan terhadap perubahan iklim, seperti peningkatan suhu dari bagian Perubahan Iklim.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait